Mario Teguh terus mendapat dukungan terkait statemennya 'Wanita yang pas untuk teman pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chitchat yang snob, merokok dan kadang mabuk, tidak mungkin direncanakan jadi istri'. Pernyataan Mario justru memiliki dampak positif untuk memperkuat bangunan keluarga yang kuat dan sakinah.
"Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Sementara, merokok secara nyata dapat menyebabkan kanker, gangguan kehamilan dan janin, belum lagi efek ekonomis dan sosial lainnya," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr Asrorun Niam Sholeh kepada detikcom, Senin (22/2/2010).
Menurut peneliti Lembaga Studi Agama dan Sosial (eLSAS) ini, dalam perspektif agama, pernikahan adalah perjanjian agung yang memiliki dimensi ibadah. Sebagai pintu untuk membangun keluarga dan masyarakat lebih luas, harus dibangun dan dimulai dari hal terkecil yang sangat berpengaruh, seperti memilih istri.
"Untuk itu, pembangunan keluarga harus memperoleh perhatian serius untuk mengokohkan sendi-sendi kehidupan berbangsa", ujar staf pengajar UIN Jakarta ini.
Menurut doktor syariah ini, memilih pasangan hidup harus selektif dan mempertimbangkan berbagai aspek. Salah satu yang penting diperhatikan adalah faktor kematangan kepribadian, sosial, emosional, dan intelektual.
"Dalam bahasa agama, kepantasan menikah itu harus memprioritaskan ketaatan dalam beragama, di samping aspek kecantikan, kekayaan, dan keturunannya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi lelaki pada saat memilih wanita, namun juga bagi bagi wanita saat hendak menentukan pilihan calon suami," paparnya.
"Dalam konteks itu, statemen Mario Teguh ini sangat konstruktif dan visioner. Statemen ini harus didudukkan secara proporsional dalam konteks mengingatkan kita untuk kembali memperkokoh sendi kehidupan keluarga di tengah mulai retaknya tatanan kehidupan kebangsaan. Salah satu penyebabnya adalah terkoyaknya kehidupan keluarga," jelas Niam.
Menurut Niam, dengan mengawini istri perokok dan suka dugem, maka potensi mewujudkan generasi sakit sangat besar. "Kita jelas berdosa dengan menularkan penyakit kepada anak kita yang tidak berdosa. Anak-anak memiliki hak untuk hidup," pendapat Niam.
"Jadi saya kira tidak perlu dia harus keluar dari Twitter dan mencabut statemennya. Statemennya bagus kok dan mungkin bisa jadi dakwah itu," tegas Niam