Aktivitas Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) menunjukkan peningkatan selama sepekan terakhir. "Aktivitas vulkanik Gunung Semeru meningkat sejak 25 Februari hingga Sabtu (6/3), saat ini sudah kembali normal. Namun, sewaktu-waktu bisa meningkat lagi," kata Kepala Pos Pantau Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Suparno, saat dihubungi ANTARA News dari Surabaya, Minggu.
Menurut dia, terbentuk lidah lava sepanjang 700 meter dari bibir kawah Semeru (Jonggring Saloko) dengan posisi hulu di Sungai Besuk Kembar. Lidah lava tersebut menjadi guguran lava pijar yang akan mengalir ke Besuk Kembar.
"Memang terjadi guguran lava pijar, namun dalam ukuran kecil yang meluncur hingga jarak 900 meter dari kawah Gunung Semeru," paparnya.
Ia menjelaskan, sepekan ini terjadi kecenderungan peningkatan kegiatan gempa vulkanik, gempa tremor harmonik dan adanya sinar api di kawah Jonggring Saloko yang diikuti guguran lava dari Mahameru (puncak Semeru).
"Guguran lava dari puncak Semeru mengindikasikan magma sudah berada di permukaan kawah Jonggring Saloko. Petugas pos PPGA selalu memantau perkembangan aktivitas vulkanik setiap saat," ucapnya.
Kendati demikian, kata Suparno, peningkatan aktivitas vulkanik Semeru tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat di lereng gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu, karena guguran lava pijar jauh dari pemukiman penduduk.
"Masyarakat tidak perlu panik, namun harus tetap berhati-hati dan tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh 4 kilomter di seputar lereng tenggara kawah aktif yang menjadi jalur luncuran awan panas," ujarnya menegaskan.
Dengan peningkatan aktivitas vulkanik Semeru tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung tetap menyatakan status Semeru masih Waspada (level II).
"Selama musim hujan, masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan penambang pasir yang beraktivitas di dalam Sungai Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang harus tetap waspada terhadap lahar dingin yang terjadi sewaktu-waktu," katanya.
Suparno mengemukakan, hujan deras hanya terjadi di lereng Semeru, sedangkan di puncak Semeru hujan tidak terlalu deras.
Wilayah yang berpotensi terkena ancaman material vulkanik, baik awan panas maupun lahar adalah Desa Pronojiwo, Desa Sumber Urip, Desa Supit Urang. Ketiga desa tersebut berada di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Dusun Rowo Baung dan Dusun Supit di Desa Pronojiwo merupakan dusun yang terdekat dengan pusat hembusan asap karena lokasinya sekitar 9 km dari puncak Gunung Semeru.(ANTARA.COM)
Menurut dia, terbentuk lidah lava sepanjang 700 meter dari bibir kawah Semeru (Jonggring Saloko) dengan posisi hulu di Sungai Besuk Kembar. Lidah lava tersebut menjadi guguran lava pijar yang akan mengalir ke Besuk Kembar.
"Memang terjadi guguran lava pijar, namun dalam ukuran kecil yang meluncur hingga jarak 900 meter dari kawah Gunung Semeru," paparnya.
Ia menjelaskan, sepekan ini terjadi kecenderungan peningkatan kegiatan gempa vulkanik, gempa tremor harmonik dan adanya sinar api di kawah Jonggring Saloko yang diikuti guguran lava dari Mahameru (puncak Semeru).
"Guguran lava dari puncak Semeru mengindikasikan magma sudah berada di permukaan kawah Jonggring Saloko. Petugas pos PPGA selalu memantau perkembangan aktivitas vulkanik setiap saat," ucapnya.
Kendati demikian, kata Suparno, peningkatan aktivitas vulkanik Semeru tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat di lereng gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu, karena guguran lava pijar jauh dari pemukiman penduduk.
"Masyarakat tidak perlu panik, namun harus tetap berhati-hati dan tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh 4 kilomter di seputar lereng tenggara kawah aktif yang menjadi jalur luncuran awan panas," ujarnya menegaskan.
Dengan peningkatan aktivitas vulkanik Semeru tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung tetap menyatakan status Semeru masih Waspada (level II).
"Selama musim hujan, masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan penambang pasir yang beraktivitas di dalam Sungai Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang harus tetap waspada terhadap lahar dingin yang terjadi sewaktu-waktu," katanya.
Suparno mengemukakan, hujan deras hanya terjadi di lereng Semeru, sedangkan di puncak Semeru hujan tidak terlalu deras.
Wilayah yang berpotensi terkena ancaman material vulkanik, baik awan panas maupun lahar adalah Desa Pronojiwo, Desa Sumber Urip, Desa Supit Urang. Ketiga desa tersebut berada di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Dusun Rowo Baung dan Dusun Supit di Desa Pronojiwo merupakan dusun yang terdekat dengan pusat hembusan asap karena lokasinya sekitar 9 km dari puncak Gunung Semeru.(ANTARA.COM)